Catatan kali ini tidak lagi menyinggung masalah sosial politik, ranah hukum ataupun usaha 'pencitraan' seseorang. Tetapi catatan kali ini hanya mewakili sekelumit kisah nyata masa kecil saya .....
Miskin (harta) itu bukan suatu dosa, miskin itu bukan suatu penyakit menular yang mana dengan keadaan miskin, kita tidak dapat bergaul dengan kalangan yang sama, ataupun 2 (dua) kalangan di atasnya ; kalangan menengah dan atas. Sangat mudah menjalani hidup dari miskin menjadi kaya, akan tetapi dapat dengan mudahkah orang yang dulunya kaya kemudian dengan tiba-tiba menjadi miskin? Kalaupun ada, perbandingan yang muncul akan sangatlah kecil.
Dulu ketika kami harus bergulat dengan kemiskinan, tidak banyak keinginan menghampiri, selain bagaimana menyiasati kemungkinan untuk dapat bertahan hidup. Masih terngiang ayah berkata ; "Putarlah otakmu dengan memaksimalkan telinga, mata, mulut, tangan dan kakimu."
Tak banyak yang bisa aku dapat tentang makna kata-kata ayah. Baru setelah kami bisa melewati masa sulit, kebenaran kata-katanya termaknai dengan mudah. Contohnya saja di saat ada ketrampilan sekolah, dimana kami tidak punya uang untuk membeli bahan, berputarlah otak untuk mendaur ulang bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Dengan demikian saya telah memutar otak dengan memaksimalkan telinga, mata, mulut, tangan dan kaki. Otak untuk berpikir, telinga dan mata untuk mendengar dan melihat bebagai peluang ketrampilan yang bisa saya buat. Mulut untuk bertanya, tangan untuk bekerja dan kaki untuk melangkah kepada hal-hal yang baik. Contoh yang lain, ketika kami harus memaksimalkan lahan halaman menjadi sumber makanan kami sehari-hari, bahkan menjualnya jika kami rasa lebih.
Miskin telah mengajarkan banyak hal ketika itu. Entrepreneur alami, belajar manajemen sampai pada sales marketing.
Jika kala itu ada anak yang memprotes apa yang telah diberi kedua orangtuanya, bagi kami, jangankan memprotes, bisa bertahan hidup tanpa bantuan orang lain sudah sangat kami syukuri. Otak kami tersedot untuk menjadi seseorang yang lebih maju, melangkah setapak demi setapak untuk kemudian berlari menjauh dan menggapai masa depan yang lebih baik lagi .....
Nah, inilah bukti bahwa miskin itu indah yang kemudian membawa suatu nikmat untuk disyukuri dan pada akhirnya memunculkan motivasi untuk maju.
"Tidak ada yang salah dengan kemiskinan kita. Kemiskinan hanya sekedar keadaan, tapi orang yang menilai arti kemiskinan itu yang terkadang salah dalam menilai ......
Hasil renungan pada hari Raya Idul Adha 1431 H.
Ã…rhus Denmark, 16 November 2010.
No comments:
Post a Comment