Monday 11 June 2012

Apa Yang Salah Dengan Pendidikan Di Indonesia

  Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, sekolah seharusnya menjadi dunia yang khusus dan lain dari dunia masyarakat siswa, dimana anak-anak dapat merasa aman, bahagia, dan bebas menikmati masa kanak-kanaknya tanpa perduli sedikitpun atas tuntutan dari masyarakatnya.
  Miris juga melihat anak kelas 1 (satu) SD sudah membawa banyak buku di tas punggungnya. Beberapa bahkan terlihat tidak seimbang antara berat badan dan berat bawaan. Hhhmmm .. jadi teringat ketika aku dulu SD, hanya beberapa buku yang kubawa karena kurikulum yang begitu sederhana dengan belajar baca "Ini Budi, Ini bapak Budi ...."
  Ya, belajar baca baru dimulai ketika anak memasuki Sekolah Dasar. Tapi sekarang, anak-anak di sekolah TK sudah dituntut untuk bisa membaca dan menulis dengan alasan nantinya lebih memudahkan aktifitas belajar mengajar di kelas 1 (satu). 
  Hanya saja, kalau di beberapa negara di Eropa masih mengandalkan cara belajar seperti ketika aku duduk di kelas 1 SD dulu, kenapa di Indonesia "harus"?? Hingga kondisi yang terjadi seolah-olah anak-anak hanya merasakan bahwa bersekolah menjadi keharusan yang mau tidak mau harus mereka tunaikan, tanpa motivasi yang besar dalam menjalaninya untuk menggapai apa yang mereka cita-citakan di masa depan. Sungguh sangat miris.
  Akibatnya, kondisi seperti itu diikuti oleh kekuatiran para orangtua terhadap anak-anak. Bagi orang-orang tua modern, lebih-lebih yang berada, menginginkan anak-anaknya terampil dalam banyak hal, tanpa memperdulikan tahap perkembangan mereka dengan mengirim anak-anaknya ke berbagai kursus, seperti Calistung, bahasa Inggris, musik, berenang, bela diri, dan sebagainya. Tanpa menyadari bahwa akibat tuntutan yang melampaui batas kemampuan ini, anak-anak menjadi stres. 
  Kita sadar, tak cukup bila pendidikan hanya membekali anak-anak dengan pengetahuan. Saatnya untuk memikirkan agar sedini mungkin anak-anak diajak masuk ke dalam pemahaman dan pengalaman nilai-nilai, rasa dan keadilan. Semuanya ini tentu ditujukan agar anak-anak dapat memahami diri, sesama, dan dunianya, sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. 
  Namun, yang harus kita hasilkan bukanlah pebelajar penurut, melainkan pebelajar yang kritis, pengamat yang berani memiliki pendapat yang benar namun mungkin berbeda yang sifatnya kontradiktif dan original, serta yang minat dan memotivasi belajarnya tinggi. Kak Seto mengatakan bahwa pada dasarnya anak-anak itu senang meniru dan kreatif.
  Anak-anak pada dasarnya senang meniru karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah dengan cara meniru. Anak-anak yang gemar membaca pada umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan di mana orang-orang di sekelilingnya juga gemar membaca. 
  Dengan demikian, orangtua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku kreatif dan bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru. Selain itu, anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya. 
  Pendidikan bukan berarti memberikan dan memaksakan dunia dan pengetahuan kita kepada anak-anak kita. Pendidikan yang demokratis harus memberlakukan beragam metode yang menggali kemampuan siswa untuk berperan secara aktif, dengan mengakui perbedaan kemampuan intelektual, kecepatan belajar, sifat, sikap, dan minatnya. 
  Bahkan mungkin ketika seorang anak ditanya ingin menjadi apa ia ketika besar nanti, mungkin ia akan menjawab ingin menjadi B.J. Habibie. Presiden RI yang ketiga ini dinobatkan sebagai pemilik paten terbanyak dalam bidang kedirgantaraan di dunia (dan belum tekalahkan), NASA pernah membeli kerangka pesawat yang dirancang olehnya dan masih banyak lagi prestasi yang dicapainya. 
  Selain B.J. Habibie, Indonesia juga memiliki March Boedihardjo, bocah Indonesia, yang mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU) yang akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun (dari 2007).
  Ada juga, Muhammad Arief Budiman yang merupakan anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu. 
  Dengan begitu bukan tidak mungkin Indonesia mampu menelurkan penerus-penerus bangsa selanjutnya, yang tidak kalah gemilang dibandingkan dengan B.J. Habibie yang dikenal sebagai Presiden RI yang sangat jenius, March Boedihardjo, dan Muhammad Arief Budiman. 

No comments: