Tuesday 2 October 2012

Hidup di Negeri Orang



Saya rasa saya adalah satu dari sekian orang Indonesia yang beruntung. Saya yang aslinya mudah pesimis, beruntung mempunyai keluarga yang penuh mimpi. Saya ingat, sewaktu SD saya banyak sekali melahap banyak buku. Kalau buku di perpustakaan sekolah kurang menarik, saya akan pergi mencari dan menyewa dari perpustakaan pribadi. Seri Lima Sekawan (waktu itu) habis sewaktu saya duduk di kelas 4. Parahnya, impian saya akan terus bergulir tentang kehidupan di negara maju lewat film-film dan dokumentary yang ditayangkan televisi. 
Memasuki bangku SMA, kesempatan untuk meraih beasiswa sebenarnya sudah terbentang, hanya saja saya tidak begitu yakin apakah yayasan ini ada atau fiktif. Tidak ada internet saat itu. Pudar sudah impian saya untuk bisa menapakkan kaki dan mengecap hidup di salah satu negara maju di dunia.
Setelah memasuki bangku kuliah, impian itupun masih bermain di seputar otak. saya hanya berusaha untuk bisa menjadi yang terbaik. Tahun 1997, kesempatan datang. Saya berkesempatan merasakan titel "mahasiswa teladan" dan menikmati banyak fasilitas yang disediakan oleh negara era Presiden Soeharto secara gratis. Sebagai anak dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, tentunya kesempatan ini adalah kesempatan emas. Saya berpikir bahwa ini mungkin kuasa Allah SWT dan salah satu tiket untuk meraih mimpi-mimpi saya yang lain satu per satu. Satu keyakinan saya, bahwa sekali saya merasa bahwa saya hanya manusia biasa, selamanya saya hanya akan menjadi seorang yang biasa. menjalani hidup sehari-hari sekedarnya. Dan sayangnya, separuh hati saya mengatakan dengan jelas bahwa hidup ini terlalu luar biasa jika dilewati dengan cara yang biasa.
Maka setiap hari saya berusaha untuk meng-upgrade diri, sambil menjalani hidup secara "biasa". Hanya saja, otak dan batin saya selalu bertentangan. Jika otak saya lebih berpikir secara realitas, batin saya tidak. "Bermimpilah terus dan mimpi itu suatu saat akan terwujud dengan mudahnya," bujuk batin saya selalu.
Suatu hari, Titi Kamal, artis Indonesia pernah berkata lewat wawancara di sebuah infotainment. Sejak kecil dia terbiasa menulis mimpi-mimpinya di diary, hingga akhirnya deretan mimpi seorang Titi Kamal tercoret satu per satu. Seketika itu juga saya ingat, bahwa deretan mimpi-mimpi yang pernah saya torehkan, satu per satu sudah tercoret. Artinya, dari tahun ke tahun mimpi itu mulai tercapai.
Mulailah saya menulis kembali impian-impian yang ingin saya raih. Jika pikiran dan raga ini lelah, maka saya akan mulai membuka catatan, hingga saya malu jika catatan itu hanya menjadi sebuah wacana. Malu pada diri saya sendiri. Hingga bangkit kembali semangat untuk meraih mimpi dan fokus kembali pada target yang hendak saya selesaikan.
Sampai akhirnya, kaki saya sampai juga menginjak bumi Eropa. Tapi bukan kemudahan seperti membalik sebuah telapak tangan. Hidup di negara orang lain ternyata tidaklah mudah. perjuangannya berkali-kali lipat. Tetapi dari sini saya belajar menghargai banyak hal dalam hidup.
Kehidupan saya tidak semulus seperti apa yang saya impikan. Skenario di lapangan sangat berbeda dengan skenario di impian saya. Termasuk kurs rupiah yang kalah dengan krone, membuat harga barang-barang dan makanan jauh melambung. Sangat kacau. Belum lagi masalah makanan yang bercampur dengan makanan yang tidak halal, sehingga mengharuskan untuk memasak makanan sendiri. Dan amboi, jika menginginkan makanan Asia, otomatis harganya pun melambung pula. Tetapi apapun kesulitan yang saya ambil, semua pasti ada hikmah yang terkandung. Maka, nikmat Allah SWT yang mana yang akan kau dustakan? 
Saya juga berkesempatan bertemu orang-orang hebat dari indonesia yang bermukim di Eropa, dari segala kalangan. Dan saya pun berkesempatan bertemu orang-orang hebat dari berbegai negara dan kalangan. Belajar di luar negeri, sejujurnya buka soal gengsi, melainkan lebih kepada belajar mencari hikmah yang berserakan di bumi.
" ... bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al- Jumuah : 10).
Dan dari jutaan nikmat yang saya dapatkan di luar negeri, saya belajar satu hal lagi, Indonesia terlihat JAUH LEBIH INDAH, ketika kita berada di negeri orang. Maka kita akan dengan bangga berkata, saya orang INDONESIA.

“Maka berjuang lah sebanyak-banyaknya, tak peduli biar dibilang bodoh atau keras kepala. Lakukan banyak langkah biar pun itu gagal. Karena dari sana kita akan banyak belajar dan belajar, menjadi sosok yang lebih baik dan bermanfaat bagi sekitar. Selamat berjuang dan selamat bertebaran di muka bumi.”


Sunday 23 September 2012

Pengalaman Mengurus Tilang di PN Semarang


 Kena tilang bukan hal biasa menimpaku, apalagi hanya gara-gara lupa memasang lampu di siang hari (perasaan sih sudah turn on itu lampu, hehe). Ya, kejadian ini baru pertama menimpaku. Tadinya sih dari jauh sudah bisa melihat rombongan polisi menghentikan para pengendara roda dua bermotor. Aku sih santai-santai saja waktu itu. SIM, STNK, helm standar, dan spion sudah lengkap. Begitu mereka menggiringku, dengan PD-nya kutanya, "Emang salah saya apa, Pak?" Polisi itu hanya menjawab dengan isyarat jari telunjuknya ke arah lampu depan motorku. Walah, bisa-bisanya aku kecolongan. Nasib.
   "Ibu mau nitip apa urus tilang di pengadilan?" tanya polisi itu ramah. Nah, ini nih. Sudah mulai KKN-nya. Hal yang paling kubenci dari hidup di Indonesia. "Kalau nitip berapa, Pak?" tanyaku sekedar ingin tahu.
    "Cuman 35 ribu kok, bu," jawab Pak komandan dari dalam mobil. Mungkin 35 ribu rupiah bukanlah apa-apa. Tapi sebagai warga negara yang baik, yang tunduk pada peraturan tata tertib dan hukum di Indonesia, dimana para polisi adalah salah satu motor penegak hukum di Indonesia, jelas-jelas aku menolak mentah-mentah istilah "titip" di tempat. Aku lebih memilih Pengadilan untuk menuntaskan kasusku. Dan dari jawabanku itu pula, para polisi yang tadinya ramah jadi berbalik 180 derajat, jadi "jutek". Mereka meminta STNK dan SIM-ku. Kebijakan aneh menurutku. Otomatis aku mulai ngotot. Kalau mereka juga menyita SIM-ku, bagaimana aku bisa bepergian dengan roda dua dan empat?? Tapi kengototanku berhasil juga. Akhirnya mereka hanya menyita STNK motorku.
  Dua minggu kemudian, aku pergi ke Pengadilan Negeri bersama putri kecilku. Di pintu gerbang, alamak ... yang namanya calo sudah seperti lebah yang mencari "mangsa". Masing-masing mengeluarkan jurus dengan menjanjikan harga murah sampai selesai. Tapi sekali lagi, aku ingin setidaknya aku di negaraku sendiri bisa belajar tentang "kebenaran". Di mana-pun dan kapan-pun.
   Kulangkahkan kaki ke arah meja informasi. Kutanya tata cara pengurusan tilang. "Mudah, Bu. Mau saya uruskan? Terserah mau bayar berapa," jawab si Mas penjaga. Kutelan air ludahku kuat-kuat. Di mana aku harus mencari jawaban buat pertanyaan-pertanyaanku kalau pusat informasi saja juga menyediakan jasa kepengurusan tilang.
  "Mas, saya datang ke meja informasi buat mencari informasi. Bukan mencari calo kepengurusan tilang!" kesabaranku sudah mulai habis. Mas yang tadinya ramah, raut wajahnya menjadi bete. Asal-asalan dia menjawab dengan menunjuk papan nama di pintu masuk sebelah kanan kantor PN Semarang.
   Di papan pengumuman ternyata ada banyak daftar nama buat sidang hari Jum'at waktu itu. Wah, seandainya mereka bayar di tempat berapa banyak uang yang bisa negara dapat. Itupun kalau uang tersebut sirkulasinya benar-benar lari ke meja yang benar. Kalau tidak? Alamak ... kuhapus kata "korupsi" dari otak pikiranku. Akhirnya, kutemukan namaku dengan memeloti papan demi papan yang terpampang di tembok luar sidang. Aku harus ke ruang 2. 
   Keanehan terjadi lagi waktu aku berada di dalam ruang sidang. Kursi para hakin kosong. hanya ada dua petugas, satu perempuan dan satu laki-laki. "Lha bapak, mana hakimnya?" tanyaku bego.
   "Ya saya ini hakimnya, Bu. Kenapa?" jawabnya santai.
   "Lha kok pakai pakaian olahraga?" tanyaku masih terbengong-bengong.
   "Emang seorang hakim tidak boleh memakai pakaian olahraga?" si bapak balik bertanya.
   Siapa lagi yang melarang? batinku. Mau pakai kostum badut-pun syah-syah saja, asal tidak di dalam ruang sudang. Tapi ini? Di dalam sidang memakai pakaian senam Jum'at pagi. Meski bukan sarjana hukum, aku pastikan kalau tentunya hal ini bukan aturan dari sebuah persidangan.
   "Oke, tilang ibu kena 45 ribu!" lanjutnya setelah Ibu di sebelahnya yang aku yakini bukan petugas PN, tetapi salah seorang polwan memberikan SIMku padanya.
   "Lha, kok ikut sidang lebih mahal dari bayar di tempat sih, Pak?" protesku.
   "Makanya, Bu. Lain kali bayar di tempat saja, bisa lebih murah."
   Gila. Ya, negara gila, batinku. Aku bela-belain ikut sidang ini karena aku ingin belajar mendisiplinkan sesuatu yang semula aku yakini bahwa uang tilang yang masuk ke PN setidaknya akan masuk ke kas negara dan bisa diperuntukkan untuk kepentingan negara juga, bukan seperti bayar di tempat yang uangnya entah masuk ke kantong mana dan siapa.
   "Saya tidak membawa uang banyak, Pak. Ini pengalaman pertama saya. Saya kira nanti ada kertas tertulis, dimana saya harus membayar tilang saya ke kantor kas mana atau ke rekening mana," ototku, tapi kali ini aku memasang wajah dengan semelas mungkin.
   "Oke, Ibu bawa uang berapa?"
   Alamak, masa aku harus jawab kalau aku bawa uang lebih dari yang mereka minta? No way, kalau mereka mencoba menipuku, aku juga harus lebih pandai menipu "mereka", batinku. Ingat tawar menawar di pasar tradisioanl jadinya.
   Tanpa kata, kukeluarkan dompet khusus menyimpan uang logamku. Kuhitung satu persatu uang receh didalamnya. Ada beberapa pecahan 100, 200 dan 500 rupiahan. Dan kutanya putriku, dia punya uang berapa. Putriku cuman menggeleng. Dan rupanya bapak yang menangani kasusku menjadi tidak sabar.
  "Sudahlah, Bu. Uangnya bawa kesini semua. Ini, SIM-nya saya kembalikan," katanya sambil mengumpulkan uang receh yang tertebar di meja sidang.
    Aku keluar ruang sidang dengan beribu macam tanya. Haruskah aku tersenyum penuh kemenangan atau menangis meratapi wajah negeriku Indonesia?


Tuesday 24 July 2012

SABAR DAN IKHLAS


Hadirnya tak di harap, hilangnya pun tak dianggap. JANGAN merasa hidup nggak berguna bila cita-cita tidak tercapai. GAGAL saat ini bukan kegagalan yang hakiki. Cuma sebuah kesuksesan yg tertunda, kesuksesan yang menuntut kita untuk lebih bersabar. Kita memang tidak bisa merubah keadaan, tapi kita bisa mengubah sikap kita ketika menghadapinya. Ibarat kata, kita tidak bisa merubah arah angin, tapi kita bisa mengubah arah sayap kita.

The presence of such an in hope, not be considered a loss. DON'T feel life is not useful when dreams can not achieved. This is not a failure when UNABLE to reply was essential. Just a delayed success, success requires us to reply more patient. We can not change the State of affairs indeed, but we can change our attitude when dealing with it. Like Word, we can not change the wind direction, but we can change the direction of our wings .....

Sunday 22 July 2012

KUE PIE BUAH







Bahan kulit :
200 gram tepung terigu
25 gram gula halus
2 butir kuning telur
100 gram mentega beku
1 sdt vanili
1 sdm susu bubuk/creamer

Vla :
3 gelas susu cair
2 sdm tepung maizena
Gula pasir secukupnya
1 btr kuning telur, kocok lepas
1 sdt vanili

Lapisan bening :
1/4 bungkus agar-agar bening
1/2 gelas air
1 sdm gula pasir
1/2 sdt vanili

Cara membuat :

  1. Kulit : campur bahan, aduk dengan 2 pisau dengan cara seperti membelah sampai berbutir-butir. Tutup dengan plastik wrap dan simpan dalam lemari es hingga 1/2 jam. Masukkan kedalam cetakan pie, ratakan dengan garpu. Panggang 20 mnt dengan suhu 160 derajat celcius.
  2. Vla : campur bahan menjadi satu di atas kompor, aduk sampai mendidih. Matikan api, sisihkan hingga benar-benar dingin.
  3. Buat aga-agar tipis : Masak air, agar-agar, gula, vanili sampai mendidih. Angkat.
  4. Masukkan vla yang telah dingin ke dalam kulit. Ratakan. Beri potongan buah kiwi, strawberry atau jeruk. Tata sesuai selera. Siram agar-agar di atasnya.


KUE SUS



Bahan
Kulit Sus :
125 gram margarin
1/2 sdt garam
250 ml air
125 gram tepung terigu
2 gram baking powder
4 butir (200 gram) telur

Vla :
3 gelas susu cair
2 sdm tepung maizena
gula pasir secukupnya
1 butir kuning telur, kocok lepas
1 sdt vanili

Cara membuat :

  1. SUS : rebus margarin, garam dan air hingga mendidih.
  2. Masukkan tepung terigu, aduk-aduk hingga kalis, angkat dan dinginkan.
  3. Masukkan telur satu persatu sambil kocok menggunakan mixer.
  4. Tambahkan baking powder, aduk rata.
  5. Masukkan adonan ke dalam kantong plastik
  6. Spuitkan adonan pada loyang datar.
  7. Panggang dalam oven bersuhu 200 derajat celcius selama 20 menit hingga matang.
  8. Vla : Campur bahan menjadi satu di atas kompor, aduk hingga mendidih. Matikan api, sisihkan hingga dingin.
  9. Lubangi kulit sus, beri vla.


Wednesday 27 June 2012

KUE KARAMEL


  Hhmm ada satu lagi kue mudah warisan ibu. Mudah dan rasanya .... bikin puas seisi rumah. Kemaren dapat order buat pestanya teman yang tamunya rata-rata bule (Denmark, Polandia, Jerman dan Finlandia). Hasilnya, sukses luar biasa. Mereka cuman pada heran kok bisa buat kue dengan tekstur kayak sarang semut begitu :D Pakai cetakan apa, dan butuh waktu berapa lama membentuk sarang semutnya. Aku hanya tertawa mendengar pujian dan keheranan mereka.
  Rahasianya mudah kok. Nih, aku sharing buat teman-teman semua. Selamat mencoba.



Bahan karamel :
250 gr gula pasir
250 ml air panas

Bahan :
4 butir telur
1/4 sendok teh garam
100 gr tepung terigu
50 gr maizena
1/2 sendok teh soda kue
1/2 sendok teh baking powder
65 gr margarin leleh
100 gr susu kental manis putih


Cara :

  1. Karamel : gosongkan gula pasir. Setelah leleh, masukan air panas dan 5 lembar daun jeruk purut. Aduk sampai larut. Dinginkan. Ambil 300 ml.
  2. Kocok telur sampai kental. Tambahkan tepung trigu, maizena, sodandan baking sambil dikocok
  3. Masukan margarin leleh, karamel dan susu kental manis. Aduk rata. Tuang dalam loyang yang telah disemir margarin dan ditabur terigu tipis.
  4. Oven 60 menit dengan suhu 150 derajat Celcius.


Wednesday 20 June 2012

ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH


Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai rahmat.


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ


“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]


Allah menurunkan Al-Qur-an untuk membimbing manusia kepada kemudahan, keselamatan, kebahagiaan dan tidak membuat manusia celaka, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :


مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ تَنزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى 


“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]


Sebagai contoh tentang kemudahan Islam :

  1. Menuntut ilmu syar’i, belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salaf adalah mudah. Kita dapat belajar setiap hari atau sepekan dua kali, di sela-sela waktu kita yang sangat luang.
  2. Mentauhidkan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya adalah mudah.
  3. Melaksanakan Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah mudah, seperti memanjangkan jenggot, memakai pakaian di atas mata kaki, dan lainnya. 
  4. Shalat hanya diwajibkan 5 waktu dalam 24 jam. Orang yang khusyu’ dalam shalat, paling lama 10 menit, dalam hitungan hari ia melaksanakan shalatnya dalam sehari hanya 50 menit dalam waktu 24 x 60 menit.
  5. Orang sakit wajib shalat, boleh sambil duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri.
  6. Jika tidak ada air (untuk bersuci), maka dibolehkan tayammum.
  7.  Jika terkena najis, hanya dicuci bagian yang terkena najis, (agama lain harus menggunting pakaian tersebut dan dibuang).
  8. Musafir disunnahkan mengqashar (meringkas) shalat dan boleh menjama’ (menggabung) dua shalat apabila dibutuhkan, seperti shalat Zhuhur dengan ‘Ashar, dan Maghrib dengan ‘Isya'.
  9. Seluruh permukaan bumi ini dijadikan untuk tempat shalat dan boleh dipakai untuk bersuci (tayammum).
  10. Puasa hanya wajib selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadlan setahun sekali. 
  11. Orang sakit dan musafir boleh tidak berpuasa asal ia mengganti puasa pada hari yang lain, demikian juga orang yang nifas dan haid.
  12. Orang yang sudah tua renta, perempuan hamil dan menyusui apabila tidak mampu boleh tidak berpuasa, dengan menggantinya dalam bentuk fidyah. [2] 
  13. Zakat hanya wajib dikeluarkan sekali setahun, bila sudah sampai nishab dan haul.
  14. Haji hanya wajib sekali seumur hidup. Barangsiapa yang ingin menambah, maka itu hanyalah sunnah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya oleh al-Aqra’ bin Habis tentang berapa kali haji harus ditunaikan, apakah harus setiap tahun ataukah hanya cukup sekali seumur hidup? Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : بَلْ مَرَّةً وَاحِدَةً فَمَنْ زَادَ فَهُوَ تَطَوُّعٌ.                                                                                                                                     “Haji itu (wajibnya) satu kali, barangsiapa yang ingin menambah, maka itu sunnah.” [3]
  15. Memakai jilbab mudah dan tidak berat bagi muslimah sesuai dengan syari’at Islam. Untuk masalah jilbab silahkan lihat kitab Jilbab Mar'ah Muslimah oleh Syaikh Imam Muhammad Nashirudin al-Albani rahimahullah.
  16. Qishash (balas bunuh) hanya untuk orang yang membunuh orang lain dengan sengaja.[4]


Allah Azza wa Jalla menginginkan kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan atas hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ


“...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...” [Al-Baqarah: 185]


مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


“...Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” [Al-Maa-idah: 6]


وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ 


“... Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama ...” [Al-Hajj: 78] 


Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Azza wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Azza wa Jalla berfirman:


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ


“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]


Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.


“Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [5]


Tidak mungkin, Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan manusia, kemudian Allah Azza wa Jalla memberikan beban kepada hamba-hamba-Nya apa yang mereka tidak sanggup lakukan, Mahasuci Allah dari sifat yang demikian.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا 


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Al-Baqarah: 286]


Tidak ada hal apa pun yang sulit dalam Islam. Allah Azza wa Jalla tidak akan membebankan sesuatu yang manusia tidak mampu melaksanakannya.


Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.


إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا، وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ.


“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan (kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.” [6]


Orang yang menganggap Islam itu berat, keras, dan sulit, hal tersebut hanya muncul karena:

 Kebodohan tentang Islam, umat Islam tidak belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih menurut pemahaman Shahabat, tidak mau menuntut ilmu syar’i.
Mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu, hanya akan menganggap mudah apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya.
Banyak berbuat dosa dan maksiyat, sebab dosa dan maksiyat menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan dan selalu merasa berat untuk melakukannya.
Mengikuti agama nenek moyang dan mengikuti banyaknya pendapat orang. Jika ia mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah, niscaya ia akan mendapat hidayah dan Allah Azza wa Jalla akan memudahkan ia dalam menjalankan agamanya.

   Allah Azza wa Jalla mengutus Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menghilangkan beban dan belenggu-belenggu yang ada pada manusia, sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur-an: 


الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


“ (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis), yang (namanya) mereka dapati tertulis dalam kitab Taurat dan Injil yang ada di pada mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membebaskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur-an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Al-A’raaf: 157]


Dalam syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ada lagi beban-beban berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Di antara beban berat itu ialah:


• Saling membunuh penyembah sapi. [7]• Mewajibkan qishas pada pembunuhan baik yang disengaja ataupun tidak, tanpa memperbolehkan membayar diyat.• Memotong anggota badan yang melakukan kesalahan.• Melarang makan dan tidur bersama istrinya yang sedang haidh.• Membuang atau menggunting kain yang terkena najis.


Kemudian Islam datang menjelaskan dengan mudah, seperti pakaian yang terkena najis wajib dicuci namun tidak digunting.[8] 


Syari’at Islam adalah mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik tentang ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, jual beli, pinjam meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.


Semua perintah dalam Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua larangan dalam Islam mengandung banyak kemudharatan di dalamnya. Maka, kewajiban atas kita untuk sungguh-sungguh memegang teguh syari’at Islam dan mengamalkannya.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا.


“Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” [9] 


[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]


Footnote[1]. Pembahasan ini diambil dari Kamaluddin al-Islami oleh Syaikh ‘Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim (hal. 42) dan Shuwarun min Samaahatil Islaam oleh DR. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman bin ‘Ali ar-Rabii’ah, cet. Darul Mathbu’aat al-Haditsah, Jeddah th. 1406 H, dan kitab-kitab lainnya.[2]. Lihat Irwaa-ul Ghalil fii Takhriiji Ahaadits Manaaris Sabiil (IV/17-25) juga Shifat Shaumin Nabiy (hal. 80-85) oleh Syaikh Salim al-Hilaly dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, cet. Maktabah al-Islamiyyah, th. 1412 H.[3]. HR. Abu Dawud (no. 1721), al-Hakim (II/293), an-Nasa-i (V/111), dan Ibnu Majah (no. 2886), lafazh ini milik Abu Dawud.[4]. Lihat QS. Al-Baqarah 178-179.[5]. HR. Al-Bukhari (no. 1358) dan Muslim (no. 2658), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.[6]. HR. Al-Bukhari (no. 39), Kitabul Iman bab Addiinu Yusrun, dan an-Nasa-i (VIII/122), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. [7]. Lihat surat al-Baqarah ayat 54.[8]. Lihat Shuwarun min Samaahatil Islaam oleh Dr. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdur Rahman bin ‘Ali ar-Rabii’ah.[9]. HR. Al-Bukhari (no. 69, 6125), Muslim (no. 1734) dan Ahmad (III/131) dari Shahabat Anas z. Lafazh ini milik al-Bukhari.


OlehAl-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
http://almanhaj.or.id/content/2219/slash/0